Letter to Tempo on saving the Tapanuli orangutan, the world’s rarest great ape.

Hak Jawab untuk Tempo tentang penyelamatan orangutan Tapanuli, kera besar paling langka di dunia.

Sydney Jones

Press Secretary

[email protected]

Carole Mitchell

Global Communications Director

[email protected]

Kepada: Pemimpin Redaksi Majalah Tempo

Re: Hak Jawab Atas Artikel dan Opini tentang PLTA Batang Toru

Read in English

Orang Utan Tapanuli merupakan salah satu kekayaan alam Indonesia. Diidentifikasi pada tahun 2017 sebagai spesies baru, Orang Utan Tapanuli hanya hidup di ekosistem Batang Toru, Sumatera Utara.

Namun, penggundulan hutan telah menghancurkan sebagian besar habitat mereka. Kurang dari 800 individu Orangutan Tapanuli tersisa–membuatnya masuk dalam daftar spesies kera besar yang paling terancam punah di dunia dan menjadikannya prioritas konservasi internasional.

Kami telah berulang kali menyerukan alternatif untuk dua proyek yang paling mengancam ekosistem: Pertama, bendungan Batang Toru, yang lokasinya membelah tiga sub-populasi orangutan yang sudah terancam punah ini. Proyek itu sedang dibangun di lokasi yang ditemukan memiliki kepadatan orangutan Tapanuli tertinggi. Bendungan ini juga berbahaya bagi masyarakat dan pekerja: ledakan berulang dan tanah longsor telah menewaskan lebih dari selusin penduduk lokal dan pekerja Cina dan Indonesia. Tidak jelas tujuan bendungan itu untuk apa. Sebuah studi menemukan suplai listrik untuk masyarakat di sekitar wilayah tersebut juga sudah sangat cukup, sehingga tambahan aliran listrik dari PLTA tidak dibutuhkan.

Pada 2019, The International Union for the Conservation of Nature (IUCN) menyerukan moratorium proyek yang berdampak pada orangutan Tapanuli, dan kami telah bekerja secara konsisten untuk memastikan kepatuhan terhadap seruan tersebut. Kami telah meminta perusahaan swasta yang terlibat untuk menghentikan sementara pengembangan sampai para ilmuwan yang kredibel dapat menilai dampaknya terhadap lingkungan dan merekomendasikan apa yang harus dilakukan. Namun, artikel tersebut secara keliru menunjukkan bahwa kami menawarkan “skema sindikasi pendanaan pinjaman”. Saya ingin mengklarifikasi bahwa itu tidak benar (seperti yang dikonfirmasi oleh laporan Tempo sendiri dalam artikel berita yang menyertai opini). Kami bukan bank; kami adalah LSM advokasi. Kami tidak menawarkan pembiayaan kepada perusahaan. Dan kami juga bukan perantara. Sebaliknya, kami dengan bangga mendesak donor dan pemodal internasional untuk berinvestasi dalam konservasi dan energi yang benar-benar bersih.

Kami juga menyebut bahwa bendungan itu bukan satu-satunya proyek yang membahayakan Batang Toru. Ekspansi tambang emas Martabe ke habitat Tapanuli, juga mengancam ekosistem. Kami telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengadvokasi publik agar pemilik tambang menghentikan ekspansi sampai para ilmuwan memiliki kesempatan untuk memastikan ekspansi hanya terjadi di luar habitat orangutan.

Kami telah bertemu berkali-kali dengan perusahaan pemilik tambang, telah menerbitkan artikel-artikel keras tentang ancaman tambang yang disajikan di media di seluruh dunia, dan telah mengajukan peringatan tentang hal itu kepada lusinan perusahaan yang berbisnis dengan Jardines. Pemilik tambang menanggapi dengan mengatakan bahwa mereka akan menghormati penilaian para ilmuwan tentang dampak konservasi sebelum pembangunan. Oleh karena itu, membaca artikel yang mengatakan bahwa kami “tidak terlalu peduli dengan operasi tambang emas Martabe” sungguh membingungkan. Seperti yang dapat dibuktikan oleh siapa pun yang terlibat dalam kampanye untuk menghentikan tambang, kami sangat peduli.

Implikasi artikel opini bahwa ada kepentingan bisnis yang tidak jelas di balik kampanye kami adalah tidak benar – kami adalah organisasi nirlaba independen, dan tidak menerima donasi dari bisnis yang terlibat dalam masalah yang kami tangani. Kepedulian kami terhadap Batang Toru berasal dari keseluruhan misi kami untuk melindungi Alam dan iklim. Mighty Earth, organisasi konservasi global yang saya pimpin, telah bekerja selama bertahun-tahun untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di kawasan ini melalui konsultasi dengan banyak organisasi komunitas dan masyarakat sipil. Misi kami sederhana: melindungi alam dan mengamankan iklim stabil yang memungkinkan kehidupan berkembang.

Oleh karena itu, menjadi perhatian utama ketika proyek yang tidak perlu mengancam ekosistem alam dan membahayakan masyarakat sekitar karena dibangun di atas patahan gempa sehingga rentan terhadap bencana. Proyek semacam itu tidak bisa disebut energi bersih.

Pemerintah dan sektor swasta Indonesia berulang kali menunjukkan bahwa mereka dapat memberikan kemenangan besar dalam melindungi lingkungan dan menumbuhkan ekonomi. Indonesia memiliki beberapa keberhasilan terbesar di dunia dalam mengurangi deforestasi. Deforestasi untuk kelapa sawit, kertas, dan karet semuanya menurun lebih dari 90%. Secara keseluruhan, meski masih terlalu banyak hutan yang tumbang, pemerintah Indonesia berhasil menurunkan deforestasi ke level terendah dalam sejarah. Dengan demikian, negara memposisikan dirinya untuk menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi di dunia di mana investasi mengalir ke negara-negara yang berada di garis depan dalam konservasi dan penyebaran energi bersih. proyek-proyek yang mengancam ekosistem Batang Toru menggerogoti kemajuan Indonesia yang telah diraih dengan susah payah.

Pada akhirnya, selain mengembangkan alternatif bendungan dan menghentikan perluasan tambang, perlindungan orangutan Tapanuli dan ekosistem Batang Toru membutuhkan rencana konservasi dan restorasi yang komprehensif. Ada ratusan ribu hektar lahan di sekitarnya yang dapat direstorasi untuk menyediakan habitat bagi orangutan ini dan satwa liar lainnya, sekaligus memperkuat reputasi Indonesia sebagai juara konservasi. Kami siap bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat sipil untuk membantu mencapai visi tersebut.

Hormat kami,

Glenn Hurowitz

Pendiri dan CEO Mighty Earth

 

05/Dec/2024
“Terrible Trio”: Bunge, Cargill & JBS ranked worst for deforestation
04/Dec/2024
Deal or No Deal?
14/Nov/2024
Palm Oil Report 46: Deforestation by Rimbunan Hijau Group and Pure Green Development Sdn Bhd